Tauhid merupakan dasar bagi kita dalam mempelajari ilmu agama. Bisa dikatakan bahwa tauhid adalah akar bagi pohon yang mana dengan akar yang kuat, maka bisa menopang terhadap badai angin yang datang serta juga bisa menghasilkan batang yang kuat dan menghasilkan buah atau bunga yang indah.
Begitulah tujuan dan targte utama di Pesanten Ahsanu ‘Amala. Santri diajarkan bagaimana caranya agar dirinya memiliki tauhid yang kokoh, terarah dan juga tepat. Dipelajarilah ilmu tauhid kepada Allah, tauhid kepada malaikat dan rasulnya, tauhid kepada malaikat, tauhid kepada yang akan menguatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan mempelajari hal tersebut, maka diharapkan santri mampu bertahan ditengah godaan dunia, pergaulan yang rusak dan aneka kejahatan dan kesenangan yang menyesatkan.
Dengan tauhid yang kuat, maka santri dharapkan bisa menjadi khalifah yang memang diharapkan oleh Allah SWT. Bila dirinya menjadi pedagang, maka menjadi pedadang yang jujur. Bila dirinya sebagai guru, maka tidak merisaukan bayaran yang rendah, bila dirinya sebagai karyawan swasta, maka dedikasinya kepada perusahaan, juga selaras dengan dedikasinya kepada Allah. Itulah yan diharapkan dari ketauhidan ini. Sehingga, dimanapun, kapanpun santri berada, dirinya tetap memegang tauhidan yang tinggi, tauhid kepada Allah SWT.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا
Arti: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Dari ayat tersebut disampaikan bahwa apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu kepada kita, dalam hal ini santri, maka kita harus tunduh dan patuh terhadap syariat dan hukum tersebut. Maka, pantaslah apabila ketauhidan diajarkan di pesantren ini dan menjadi prinsip pertama santri Ahsanu ‘Amala.
Dalam dunia pesantren, istilah adab bukanlah sesuatu hal yang asing. Bahkan sudah menjadi syarat mutlak dan memegang peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan Rasulullah saja memang diturunkan ke muka bumi untuk urusan membenahi adab.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
Artinya: Seseungguhnya Rasulullah diutus untuk menyempurnakan budi pekerti.
Berdasarkan hal tersebut, maka santri harus memiliki adab yang baik. Adab terhadap guru, sesama santri bahkan juga adab dalam mencari ilmu. Semua perlu ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Sehingga bisa menjadi sauri tauladan bagi yang lainnya dan terus berusaha agar menjadikan Rasulullah sebagai sauri tauldan yang paling utama.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Konsep adab dalam islam telah tertulis dalam al-Quran yang berbunyi : Inna akramakum ‘indhalaahi atqaakum (Q.S. Al-Hujrat ayat 13) yang memiliki makna bahwa sebagai seorang santri yang beradab, hendaknya memuliakan seseorang berdasarkan atas keimanan, ketakwaan, kesholihan serta keilmuannya, bukan atas dasar kekayaannya atau kedudukannya.
Dalam salah satu kitab yang populer diajarkan dalam lembaga pondok pesantren yang berjudul Adabul ‘Aalim wal-Muta’alim, terdapat beberapa adab yang harus diperhatikan oleh santri dalam statusnya sebagai pencari ilmu, yakni:
Adab terhadap ilmu: Menuntut ilmu harus memiliki niat yang lurus dan senantiasa melatarbelakangi niat tersebut hanya untuk mendapat ridha Allah SWT.
Adab terhadap guru : Memilih guru dan mengagungkan ilmu serta keahlianya, hal ini dapat diartikan sebagai bentuk adab untuk ta’dzim atau hormat santri terhadap gurunya, penghormatan ini ditekankan tidak hanya terhadap guru tetapi juga terhadap orang tua dan kerabat.
Adab terhadap Belajar : Tekun, semangat, mau berusaha, rajin dan mau mempraktekkanya.
Kesimpulannya, istilah adab dan santri adalah dua hal yang sangat berkaitan, sehingga diharapkan karakter dan tingkah laku santri mampu menunjukkan adab yang baik, sesuai dengan syari’at Islam. Sehingga adab dapat melahirkan kebaikan hidup terhadap orang tua, guru, kerabat, dan antar sesama.
Kebersihan diri sendiri terutama dalam bidang kesehatan.
Kebersihan tempat, seperti kamar, kamar mandi, tempat ibadah, tempat belajar, dan tetangga sekitar.
Kebersihan makanan.
Kebersihan pakaian.
Kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan santri itu sendiri dan juga pesantren pada umumnya. Pesantren yang tertib akan menciptakan proses pembelajaran yang baik serta suasana nyaman dan berkeadilan. Oleh karenanya, meningkatkan kedisiplinan terhadap santri sangat penting dilakukan oleh pengurus pesantren.
Disiplin merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari suatu proses dan serangkaian prilaku yang menunjukan nilai ketaatan, kepatuhan dan ketertiban. Walaupun terkadang, kedisiplinan itu sangat menyakitkan, melelahkan serta menyusahkan, namun kedisiplinan perlu dilakukan dengan tegas. Namun tetap penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Di Pesantren Ahsanu ‘Amala, kedisiplinan dilakukan secara sadar serta demokratis, kedisiplinan bisa terlihat dari kedisiplinan belajar, piket dan juga ibadah. Hukuman yang ada, bukanlah hukuman fisik yang berakibat mencederai, tetapi lebih ke arah hukuman yang mengajarkan kebaikan, seperti mengaji, menulis, membaca dan kegiatan positif lainnya.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi menjelaskan bahwa untuk memahami hakikat dari nilai pendidikan kedisiplinan, bisa dikorelasikan dengan waktu. Dalam Q.S Al-’Ashr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِۙ - اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
اِنَّ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
Apabila santri termasuk ke dalam orang yang disiplin, maka termasuk yang beruntung. Namun, apabila santri tidak disiplin, makadirinya telah membuang-buang waktu, dan termasuk ke dalam orang yang merugi. Maka tak salah, apabila disiplin menjadi salah satu bagian dari prisnip santri.
Keterampilan menurut Gordon merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan itu secara lebih mudah serta tepat. Bisa diartikan, bahwa keterampilan disini lebih kearah pada aktivitas/kegiatan yang memiliki sifat psikomotorik. dan menyatakan bahwa keterampilan ini merupakan pengetahuan yang didapatkan serta dikembangkan dengan melalui latihan atau training serta pengalaman dengan melakukan berbagai tugas.
Pun sepakat dengan pengertian di atas, keterampilan di pesantren merupakan suatu kemampuan di dalam menggunakan akal, fikiran, ide serta kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah atau juga membuat sesuatu itu menjadi lebih bermakna sehingga dari hal tersebut menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.
Di pesantren, keterampilan menjadi hal penting dalam proses pembelajaran, bahkan meletakkan 60% keterampilan dalam pola pembelajaran, sepertinya contohnya keterampilan menjahit, keterampilan mencukur, keterampilan memasak, keterampilan menulis, komputer, mendesain, dan lain sebagainya.
Tak hanya, dalam hal pelajaran keagamaan pun, keterampilan terus dikembangkan, seperti praktek memandikan jenazah, praktek jual beli, praktek mengaji indah, kaligrafi serta bermain alat musi hadroh. Semua dikembangkan agar santri memiliki skill yang baik.
Keterampilan ini akan terus dikembangkan serta dilatih dengan secara terus menerus, dengan membuat berbagai terobosan-terobosan baru yang inovatif dan juga kreatif. Tambah lagi, dengan terus mencari guru-guru, praktisi serta orang yang yang memiliki skill dan pengalaman yang luar biasa, yang bisa diajarkan kepada santri. Semoga dengan modal keterampilan ini, santri tersebut menjadi ahli atau juga profesional di dalam salah satu bidang tertentu. Dan inilah, yang menjadi prinsip santri yang terakhir!